Beranda | Artikel
Matan Taqrib: Perdamaian (Ash-Shulhu)
Sabtu, 24 September 2022

Ash-shulhu adalah perdamaian untuk menyelesaikan perselisihian. Bagaimana bentuk penyelesaiannya?

 

Masalah Ash-Shulhu (Perdamaian)

Al-Qadhi Abu Syuja’ rahimahullah dalam Matn Taqrib berkata:

وَيَصِحُّ الصُّلْحُ مَعَ الإِقْرَارِ فِي الأَمْوَالِ وَمَا أَفْضَي إِلَيْهَا وَهُوَ نَوْعَانِ: إِبْرَاءٌ وَمُعَاوَضَةٌ ، فَالإِبْرَاءُ : اِقْتِصَارُهُ مِنْ حَقِّهِ عَلَى بَعْضِهِ وَلاَ يَجُوْزُ تَعْلِيْقُهُ عَلَى شَرْطٍ وَ المُعَاوَضَةُ : عُدُوْلُهُ عَنْ حَقِّهِ إِلَى غَيْرِهِ وَ يَجْرِي عَلَيْهِ حُكْمُ البَيْعِس .

Perdamaian dalam persengkataan (ash-shulhu) adalah sah dengan syarat si terdakwa telah mengakui tuduhan si pendakwa, entah dalam harta maupun masalah lain yang berhubungan dengan harta. Perdamaian ini ada dua macam: ibra’ dan mu’awadhah.

  • Ibra’ adalah pendakwa menuntut ganti rugi hanya sebagian dari haknya. Ibra’ tidak boleh disertai syarat.
  • Mu’awadhah adalah pendakwa menuntut ganti rugi dari barang asal dengan barang lain. Dalam hal ini berlaku hukum jual beli.

 

Penjelasan:

  • Ash-shulhu secara bahasa berarti memutus perselisihan.
  • Ash-shulhu secara istilah berarti akad yang bertujuan untuk menyelesaikan perselisihan.

Hukum ash-shulhu adalah boleh, kecuali shulhu untuk mengharamkan yang halal ataukah menghalalkan yang haram. Allah Ta’ala berfirman,

وَالصُّلْحُ خَيْرٌ

Perdamaian itu lebih baik (bagi mereka).” (QS. An-Nisaa’: 128)

Hikmah adanya ash-shulhu adalah memutus perselisihan antara dua pihak yang berselisih.

 

Macam-macam ash-shulhu:

  1. Mendamaikan antara kaum muslimin dan kafir.
  2. Mendamaikan antara seorang pemimpin dan pemberontak.
  3. Mendamaikan antara suami dan istri.
  4. Mendamaikan dalam interaksi muamalat sesama manusia.

 

Syarat sahnya ash-shulhu:

  1. Terlebih dahulu ada perdebatan antara yang saling menuntut.
  2. Mengakui tanpa ada pengingkaran atau diam, entah terjadi pada harta maupun masalah lain yang berhubungan dengan harta.

 

Ada tiga macam ash-shulhu

Ash-shulhu ini ada tiga macam: ibra’, mu’awadhah, dan hibah

  • Shulhu ibra’ adalah pendakwa menuntut ganti rugi hanya sebagian dari haknya. Ibra’ tidak boleh disertai syarat.

Contoh: Damai terkait utang sebanyak seratus juta rupiah, hanya diambil tujuh puluh juta rupiah.

  • Shulhu mu’awadhah adalah pendakwa menuntut ganti rugi dari barang asal dengan barang lain. Dalam hal ini berlaku hukum jual beli, yaitu berlaku khiyar majlis dan syarat.

Contoh: Damai terkait utang, di mana utang tersebut dianggap lunas diganti dengan mobil. Namun, lafaz yang digunakan adalah lafaz ash-shulhu.

  • Shulhu hibah adalah pendakwa menuntut haknya pada sesuatu tertentu, lalu diberi sebagiannya.

Contoh: Seseorang mengklaim bahwa rumah ini miliknya. Lalu yang dituntut tidak mengingkarinya. Damainya akhirnya yang dituntut mendapatkan separuh rumah. Separuh rumah itu sebagai hibah untuknya.

Baca Juga: Memberi Nasihat dan Mendamaikan yang Berselisih Termasuk Amalan Muta’addi 

Referensi:

  • Al-Imtaa’ bi Syarh Matn Abi Syuja’ fii Al-Fiqh Asy-Syafii. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Hisyam Al-Kaamil Haamid. Penerbit Daar Al-Manaar.
  • Fath Al-Qarib Al-Mujib. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Muhammad bin Qasim Al-Ghazi. Penerbit Thaha Semarang.

Diselesaikan pada 27 Safar 1444 H, 24 September 2022

Muhammad Abduh Tuasikal 

Artikel Rumaysho.Com


Artikel asli: https://rumaysho.com/34680-matan-taqrib-perdamaian-ash-shulhu.html